Hutang Barat pada Ilmuwan Muslim
Ketika
gereja takut akan gagasan-gagasan, agama ini melahirkan gagasan menjadi
peradaban. Ketika mereka menyensor ilmu pengetahuan, agama ini mengembangkan
dan membaginya ke penjuru dunia. Kalau mereka menyadari sesungguhnya mereka
banyak berhutang budi.
Ageng Triyono - Pemikiran,Pendidikan
haidunia.com - “Buku apa yang mereka baca sehingga orang-orang arab tadi
“keranjingan” meneliti dan mencipta? ” dan “Siapakah
gerangan “Bapak Pendidikan” yang menginspirasi dan menjadi teladan mereka? Pertanyaan seorang CEO Hewlett Packard Carli Fiorina, beliau
termasuk orang barat yang moderat. Keheranan tampak rasakan setelah menelaah
sejarah yang dihamparkan para ilmuwan muslim. Beliau sadar benar tanpa
sumbangsih matematikawan arab pencetus aljabar dan algoritma, komputer dan enkripsi data tak dapat tercipta. Teknologi industri
tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi mereka.“Sesungguhnya
Allah, dengan kitab ini (Al Qur’an) meninggikan derajat kaum-kaum dan
menjatuhkan derajat kaum yang lain.” (HR. Muslim)
![]() |
Sumber gambar: kompasiana.com |
Al-qur’an membuat changing And Moving, menggerakkan
generasi awal pasca kehalifahan untuk berubah dan terus maju menelurkan karya,
tanpa mantra yang komat-kamit di baca, negeri arab yang ummy menjelma menjadi
rujukan dunia. Setelah nabi dan generasi awal sahabat berhasil mencabut akar-akar
kemusyrikan dengan meletakkannya pada
perspektif masa depan umat, generasi
berikutnya mencari hakikat kebenaran yang ada dalam Alqur’an. Agar benar ke-Esa-an dan Kekuasaan-Nya di langit dan di bumi.
Proses mencari terus dan terus
mencari hakikat kebenaran ini adalah wujud kecendekiawanan, atau yang dikatakan
Newton sebagai asas intelektualisme. “aku
tidak tahu, bagaimana dunia memandangku. Tetapi bagiku aku seperti anak kecil
yang bermain-main di tepi pantai. Aku sibuk dari waktu ke waktu untuk mencari
bebatuan kecil, atau kuli kerang yang lebih indah. Sedangkan samudera kebenaran
itu tetap tak terungkap di hadapanku.” Kata Newton.
Ada samudra kebenaran yang tetap tak terungkap dan tak habis tercatat
oleh tinta. “Katakanlah: sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)”. (Q.S. Al-Kahfi:109)
Selanjutnya
pengungkapan kebenaran yang dilakukan oleh ilmuwan mendorong penemuan-penemuan
dan kemajuan ilmu pengetahuan. Muhammad Ibn Musa Al-Khawārizmi: sebagai bapak aljabar, pakar dalam bidang matematika,
astronomi dan geografi. Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail
Buzjani adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Persia. Pada
tahun 959, Abul Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya
trigonometri di sana. Dia juga mempelajari pergerakan bulan; salah satu kawah
di bulan dinamai Abul Wáfa sesuai dengan namanya. Salah satu kontribusinya
dalam trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen dan mengembangkan metode
untuk menghitung tabel trigonometri. Jabir Ibnu Hayyan: Pengarang kitab “Al Kimya” yang diterjemahkan oleh bangsa barat menjadi “Alchemy”,
kitab rujukan ilmu kimia/chemistry. Ibnu Sina: Bangsa barat memanggilnya
Avicenna. Dunia menasbihkanya sebagai “Bapak
Kedokteran Modern”, pengarang kitab Qanun fi Thib (Canon Of Medicine) yang merupakan rujukan di bidang kedokteran
dunia selama berabad-abad. Siapa lagi? Ada Ibn Rusyd, Ibn Khuldun, Umar
Al-Khayyam, dan masih banyak lagi.
Para
cendekiawan mengeksplorasi
ayat-ayat Allah kemudiann menelurkan karya-karya ilmu
pengetahuan lentera peradaban dunia. Jauh melangkahi peradaban
barat pada masanya sehingga layak disebut guru dunia. Pada saat anak-anak kota Baghdad
yang bermandikan cahaya bermain dengan teropong bintang mereka mengeksplorasi
antariksa dan majelis-majelis ilmu digelar di masjid-masjid dan perpustakaan,
di saat yang sama London masih berupa rawa-rawa yang penduduknya percaya kepada
jimat-jimat dan para pemimpinnya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang
tercela dan terkutuk sedangkan New York waktu itu masih berupa hutan belantara.
Inilah bukti nyata keagungan Al Qur’an. Al Qur’an
meninggikan ilmu dan akhlak manusia bila manusia mau membaca, memahami dan
mengamalkannya. Mau mencari referensi kemana lagi. Ini kitab yang
paripurna untuk segalanya. Bila Carli Fiorina, sang CEO Hewlett Packard bertanya“Buku apa yang mereka baca sehingga orang-orang
arab tadi “keranjingan” meneliti dan mencipta?” dan
“Siapakah gerangan “Bapak Pendidikan” yang menginspirasi dan menjadi teladan
mereka?”. Maka dia akan mendapat jawaban: Al Qur’an dan Rasulullah
Sholallahu ‘alaihi wasalam. Semoga ketauhidan
dan Alqur’an serta keteladanan nabi SAW yang akan membentuk
cendekiawan-cendekiawan berikutnya. Tentunya diawali dari kerja sekolahan.
Sehingga tak lagi miskin melahirkan lulusan yang berkualitas.
Oleh: Ageng Triyono
Editor: Deany Januarta Putra
Belum ada Komentar untuk "Hutang Barat pada Ilmuwan Muslim"
Posting Komentar