Guru; Mitra Keluarga
Ageng Triyono
- Pemikiran, Pendidikan
Wahai guru, seorang bapak telah menyodorkan kepadamu
buah hatinya dan belahan jiwanya, hal itu merupakan amanah bagimu. Lalu apa yang engkau lakukan?
(Fuad Bib Abdul Aziz Asy-syalbub)
haidunia.com - Kelurga menjadi bagian
masyarakat, kondisi tiap unit keluarga akan menjadi sample dalam masyarakat. Artinya setiap keluarga mempunyai andil besar dalam tegak-runtuhnya bangunan masyarakat. Walaupun secara
keseluruhan masyarakat bisa juga mempengaruhi keadaan satu keluarga. Tetapi pada dasarnya, masyarakat itu “dibentuk” bukan “membentuk” unit keluarga. Untuk
membentuk masyarakat yang islami, maka salah satu caranya adalah dengan membentuk keluarga yang islami.
![]() |
Sumber foto: educenter.id |
Keluarga adalah sekolah pertama, tempat anak-anak manusia mulai belajar sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, kasih sayang, ghirah (kecemburuan positif), dan
sebagainya. Berkat semangat
kehidupan berkeluarga pula seorang ayah dituntut memiliki
sifat-sifat keberanian dan keuletan dalam rangka membela dan membahagiakan keluarganya. Sedangkan istrinya
menjadi madrasah perdana bagi anaknya dan teladan paling dominan. Karena beliau yang paling awal meletakkan kecakapan dasar, membuka pikiran, menghidupkan jiwa dan menjernihkan hati anak-anaknya. Sosoknya menjelma menjadi lembaga pendidikan
dengan kurikulum tak tertulis yang membina keluarga menjadi kian digdaya.
Dan di dunia ini
tiada orang besar yang lahir bukan dari seorang ibu. Nabi Isa pun putra dari ibunda Maryam, meski lahir tanpa seorang ayah. Itu artinya seorang wanita yang benar-benar mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang ibu, berarti ia telah mempersiapkan diri untuk satu generasi. Kebaikannya berarti kebaikan dunia berikutnya.
Kerena itu Islam begitu memuliakan
seorang ibu melebihi seorang ayah. Keibuannya adalah sumber percikan cahaya peradaban.
Rasa cinta
terhadap anak dan keturunan serta tanggung jawab terhadap generasi sangat dituntut oleh Islam. Al-qur’an
(Al-Baqarah: 286) mengistilahkan
anak sebagai “qurrata a’yun” atau buah hati yang menyejukan, serta disebut “ zina hayyah al-dunya” yang
artinya hiasan kehidupan dunia, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Kahfi ayat 46. Di sini tanggung jawab orang tua untuk membina
keluarga agar rumah terasa menyejukkan, penuh dengan hiasan kebaikan, dan kebahagiaan menjadi amat berat. Ibnu Qoyyim Al Jauziyah pernah menyampaikan; “ Sesungguhnya Alloh akan
bertanya kepada anak tentang orang tuanya. Barang siapa mengabaikan pendidikan
anak dan menelantarkannya maka ia telah melakukan puncak keburukan. Kebanyakan
kurasakan pada anak diakibatkan oleh orang tua yang mengabaikan mereka dan
tidak mengajari mereka kewajiban agama dan sunnah.”
Sekarang,
sebuah perkembangan jaman dimana saat ini tidak mungkin lagi seorang mampu
menanggung kompleksitasnya persoalan hidupnya tanpa memiliki keragaman
pengetahuan dan sejumlah keahlian hidup. Dunia semakin tidak mungkin lagi
ditaklukan hanya dengan berbekal keahlian otodidak, atau ilmu laduni
atau hanya berbekal ilmu pamungkas yang secara turun-temurun diajarkan nenek
moyang.
Padatnya schedule para orang tua, seolah waktu yang tersedia
tidak akan pernah cukup untuk melaksanakan sejumlah kewajiban yang ada, mau
tidak mau memang harus ada pihak-pihak terlembaga yang membantunya mengurus
pendidikan anak-anaknya. Sehingga
menyekolahkan menjadi sarana terbaik untuk tujuan termulia itu
Di lembaga
pendidikan itulah seorang guru berperan sebagai orang tua kedua setelah orang
tua kandungnya. Dan muridnya menjadi anak yang kedua setelah anak kandungnya. Menatap wajah murid yang terbayang adalah
wajah anak sendiri. Dan akan begitu
terasa hangat suasananya, tampak begitu nyaman dan damai setelah semua merasa
bahwa kita telah menjadi bagian dari sebuah keluarga besar. Jika pihak wali
murid telah memahami timbulnya perasaan ini tentu tenteram yang mereka rasakan.
Dari hal ini guru telah memiliki satu peran lagi yang teramat penting,
yaitu sebagai mitra keluarga. Secara tidak langsung guru mempengaruhi bangunan
peradaban pada suatu keluarga. Para wali murid telah menitipkan buah hatinya
kepada kita, tinggal kita lakukan proses pengembangan diri anak-anak itu,
sehingga kelak pribadinya dipantaskan oleh Alloh untuk menjadi khalifahnya.
Oleh: Ageng Triyono
Editor: Deany Januarta Putra
Belum ada Komentar untuk "Guru; Mitra Keluarga"
Posting Komentar