Soichiro Honda: Kegagalan di Sekolah Adalah Kesempatan Mengubah Arah Sejarah
Ageng Triyono
- Pemikiran, Pendidikan
haidunia.com Setiap yang lahir
memiliki fitrah ingin menjadi baik, bahkan menjadi yang terbaik, memiliki
cita-cita, dan mewujudkan yang dicita-citakan. Melalui tulisan ini saya
mengajak rekan-rekan semua, para orang tua, dan para guru utamanya, untuk
merubah paradigma. Yakni tidak memandang sebelah mata, dan tidak tidak
meminggirkan anak-anak didik yang mana dinilai belum memiliki kemampuan
akademik yang baik, ataupun tergolong tertinggal dari mayoritas teman
sebayanya. Wajib dipahami oleh kita semua bahwasanya kebaikan-kebaikan
hidupnya, prestasi-prestasi hdupnya dimasa mendatang tidak selamanya terpaku
pada catatan prestasi akademiknya. Artinya standar akademik sejauh ini tidak
selalu dijadikan alat ukur kesuksesan hidupnya dimasa depan.
Sumber foto : succeedfeed.com |
Lantas, resep apa yang perlu diberikan
kepada anak didik kita dengan kategori ‘low’ ini.
Target atau capaian yang perlu ditetapkan bagi diri si anak adalah suatu hari
nanti dia mampu hidup bermasyarakat dan bisa memberikan manfaat bagi sekitarnya. Maka
orang tua maupun guru harus memberikan stimulan sampai ia menemukan pengetahuan
maupun keterampilan yang dianggap penting oleh masyarakat sekitarnya.
Selanjutnya dikembangkan sampai pengetahuan dan keterampilan itu dikuasai dan bisa memberikan manfaat. Jadi dia tidak perlu menguasai semua materi sekolah yang bersifat akademis, karna pada kenyataannya yang lebih dibutuhkan adalah keterampilan untuk hidup. Dengan demikian, ia bisa menjadi manusia yang produktif dan manusiawi. Dalam arti siap hidup, siap berkarya, dan siap menciptakan ulang masa depan yang dipandang suram akibat preatsi akademiknya yang kurang memuaskan.
Mari kita tengok sepenggal kisah Soichiro
Honda, Sang pemilik Honda Motor. Pada waktu masih di
bangku sekolah, ia bukan seorang murid yang tergolong pandai. Pada saat gurunya
sedang menerangkan pelajaran, Honda sering melamun dan berkhayal tentang
berbagai macam penemuan terutama yang berhubungan dengan permesinan, karena ia
sangat suka dengan mesin. Karena kebiasaan melamunnya di sekolah, membuatnya
dikeluarkan dari sekolah. Namun itu semua tidak menghentikan semangatnya untuk
mewujudkan mimpinya.
“Nilaiku jelek di sekolah”, begitu kata
Soichiro Honda saat mengenang masa-masa di mudanya. “tapi saya tidak bersedih,
karena dunia saya sekitar mesin, motor, dan sepeda.” Lanjut beliau saat
bertutur tentang kisah sukses motor Honda yang kini merajai jalanan. Beliau
memang bukan insinyur apalagi profesor. Tergolong murid yang pandaai di kelas
pun jelas tidak. Jangankan berprestasi, untuk duduk di meja barisan depan saat
di kelas pun tak berani. Dia akan mencoba menghindar dari tatapan guru-gurunya.
Ia memang bukan murid yang cakap terhadap
materi pelajaran di kelas yang diampu para guru, tetapi Honda adalah sosok
pembelajar di dunia yang lebih nyata. Setiap hari ia ke bengkel reparasi alat
pertanian ayahnya, di tempat inilah pembelajaran permesinan dimulai. Minatnya
pada mesin yang kemudian mengantarnya pada puncak kesuksesan. Di usia yang baru
menginjak 12 tahun dia sudah bisa menciptakan sepeda pancal dengan model rem
kaki. Kemudian pada usia 15 tahun hijarh ke Jepang dan semakin mengembangkan
minatnya setelah bergabung pada Hart Shokai Company. Singkat kata, di
perusahaan ini ia berhasil mengembangkan ruji-ruji logam yang kemudian menjadi
hak paten pertamanya.
Kisah lain seputar ring piston yang diciptakannya. Ring piston ini ditawarkan ke Toyota namun ditolak dengan beberapa alasan. Untuk menyempurnakan ring pistonnya Honda merasa butuh pengetahuan tambahan yang mungkin akan didapatkannya dari kampus. Ia pun kuliah. Tetapi apa yang ia rasakan, sebagaiman waktu dirinya duduk di bangku sekolah dulu, ia merasa sekarat, ibarat kata butuhnya makanan untuk mencukupi rasa laparnya, tetapi yang diberikan oleh kampusnya adalah teori dan hukum-hukum mengkonsumsi makan. Konon, ia pun hanya bertahan dua tahun di kampusnya.
Ya, kadang memang begitu. Apa yang
dibutuhkan murid tak pasti senada dengan diajarkan di sekolah. Bahkan perilaku
murid yang berbeda dengan keinginan Sang Guru, juga terkadang dianggap sebagai
sebuah kekeliruan. Akan tetapi, hinga saat ini Honda dapat memperlihatkan pada
dunia bahwa ia adalah salah satu contoh orang yang sangat berhasil dalam
mengubah semua impiannya menjadi kenyataan tanpa proses yang sekolah sebagaiman
umumnya kebanyakan orang lalui.
Oleh: Ageng Triyono
Editor: Deany Januarta Putra
Belum ada Komentar untuk "Soichiro Honda: Kegagalan di Sekolah Adalah Kesempatan Mengubah Arah Sejarah"
Posting Komentar