Wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan & Terluar) Tanpa Guru, Apa Jadinya?
Ageng Triyono
- Pemikiran, Pendidikan
haidunia.com - Sebagian dari milyaran manusia di muka bumi ini telah dikenali sebagai orang besar karena karyanya. Kita, dan sebagian besar umumnya manusia adalah para konsumen penikmat nilai manfaat dari hasil karya-karya yang tercipta. Karena besarnya nilai manfaat serta tersebar secara luas, karya-karya itu itu ikut andil mengubah arah sejarah.
Wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan & Terluar) Tanpa Guru, Apa Jadinya? |
Karya besar
hampir mustahil jika lahir tanpa melalui proses panjang lagi berjenjang.
Kebanyakan daripadanya merupakan hasil olah pengetahuan yang didapatkannya
sejak di bangku sekolah. Meski tidak semuanya begitu, namun hampir pasti dalam
proses kreasinya, Sang Kreator memiliki sosok inspirator dan ataupun sosok yang
aktif memberinya bimbingan. Cukuplah syarat jika sosok-sosok itu kita sebut;
guru. Maka akan ada kesimpulan bahwasannya tiada ada orang besar di dunia ini
yang bukan murid dari seorang guru. Tentunya sebutan guru disini adalah dalam
pengertiannya yang luas.
Begitupun detik
ini, apapun jabatan kita, dan dimanapun tingkat posisi kita, tiada lain kerena
ada tangan-tangan kreatif serta jiwa-jiwa penyabar yang telah mendidik kita
semua. Di ruang-ruang kelas kita belajar untuk menjadi tahu, menjadi mampu, dan
kemudian lulus dengan menjadi manusia tipe berbeda. Semua pernah pernah
merasakan bimbingan seorang guru. Dari beliaulah kita belajar keteladanan, yang
langka kita dapatkan jika secara otodidak.
Bangsa yang besar
adalah bangsa yang seharusnya sudah bisa menghargai jasa para guru dengan
semestinya. Sebutan-sebutan sebagai bangsa maju, bangsa berperadaban, bangsa
gemilang, dan sebutan unggul lainnya akan menjadi brand mark bagi sebuah
negara yang telah mampu memanifestasikan harapan dan tujuan dari bidang
pendidikan yang dikelolanya. Sebaliknya, apa jadinya sebuah bangsa yang masih
harus banyak memperjuangkan bidang pendidikannya. Beragam sebutan berkonotasi
negatif akan melabeli bangsa yang belum berhasil memprioritaskan pembangunan di
bidang pendidikan. Sehingga kritik pun tetap harus dikemukakan agar negara
tidak abai dalam mengurusi hal ini.
Pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indoensia (NKRI) yang berkategori 3T (Tertinggal. Terdepan & Terluar) bisa
sama-sama kita telisik agar nantinya daerah ini pun akan lebih di kenal dunia
karna lahirnya tokoh-tokoh dengan hasil karya besarnya. Jika kita menghendaki
lahirnya sosok-sosok dengan tangan kreatif dari seluruh anak bangsa Indonesia
maka wilayah 3T juga harus menjadi perhatian, karena prinsipnya mereka punya
hak yang sama untuk berkembang. Tentunya juga, kita sudah lama merindukan
bahwasanya suatu saat negeri ini akan menjadi produsen kelas dunia dari hasil
karya anak-anak negeri sendiri. Sebab itu sektor pendidikan harus diurus dengan
serius, utamanya di daerah yang belum tersentuh kemajuan Semoga!
Sumber dari Kemendikbud menyebutkan adanya beberapa
kendala di wilayah tersebut. Diantaranya akses pendidikan yang masih rendah
karena minimnya kesadaran untuk bersekolah. Hal klasik yang menjadi keluhan
dinas setempat adalah minimnya sarana prasarana. Juga sebaran guru yang belum
merata dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Semua kendala tadi adalah tantangan serius.
Pendidikan memang wajib dinikmati oleh semua anak bangsa di seluruh pelosok
negeri. Beberapa ikhtiar yang telah dilakukan oleh penyelenggara negara untuk
memeratakan pendidikan diantaranya mengadakan program Sarjana Mengajar di daerah
3T (SM3T) dan Guru Garis Depan (GGD). Akan tetapi efektifitas dari program ini
masih dipertanyakan dan perlu evaluasi lebih lanjut, oleh sebab itu dilakukan
moratorium sambil menanti hasil evaluasinya. Kekurangan guru di daerah-daerah
3T juga menggugah hati TNI untuk ikut turun tangan menangani. Tidak para
prajurit yang membantu mengajar untuk mengatasi kekurangan guru, utamanya di
daerah perbatasan.
Dari kendala kelangkaan guru sebagaimana di atas,
kita semua pun jadi berpikir, seperti apa jadinya tingkat kemajuan berpikir
anak-anak bangsa di sana? Jangankan untuk mencipta karya besar, untuk berpikir
setara dalam kemajuan pun perlu dukungan yang tidak sedikit dari semua pihak.
Apresiasi setingggi-tingginya juga wajib kita
sampaikan kepada para guru yang mau mengabdi disana. Keikhlasan beliau untuk
memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kualitas anak didiknya
sehingga menjadi insan paripurna adalah tugas yang teramat agung.
Suatu saat guru-guru ini akan dicatat sejarah dan dunia banyak memperbincangkan
ketulusannya dalam mengabdi.
Oleh: Ageng Triyono
Editor: Deany Januarta Putra
Belum ada Komentar untuk "Wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan & Terluar) Tanpa Guru, Apa Jadinya?"
Posting Komentar