Syiar Pembebasan Oleh Guru
Ageng Triyono
- Pemikiran, Pendidikan
Cukuplah sudah kekalahan
umat baik di timur maupun di barat.
Telah dirasakan
dalam luasnya arena kehidupan;
kehinaan akibat
kebodohan,
ketertindasan
akibat tak kuasa melawan,
kemiskinan akibat
tak cakap mengelola kekayaan,
keterbelakangan
akibat tak mampu sejajar
dalam mengejar laju perubahan,
ketertinggalan
akibat tak mampu berpacu dengan masa depan,
kehancuran akibat tak sanggup
menyongsong kebangkitan.
Ya Rabbi, kuatkanlah pundak kami untuk
mengambil alih beban-berat negeri ini.
Ijinkan pengajaran kami jadikan sarana
pembebasan yang wajib di tunaikan.
Dan bukan untuk
bintang
kehormatan ataupun dikubur di taman makam pahlawan
yang kami harapkan.
Cukuplah lelah yang
kadang tak
sebanding upah itu berbuah jannah.
haidunia.com - Penderitaan sudah lama dirasakan oleh jiwa-jiwa muslim sedunia, yang
sadar dengan kemuslimannya. Jumlahnya melimpah, namun hanya bagaikan buih di
lautan. Dulu memimpin dunia, wilayahnya
membentang dari Andalusia sampai Asia dan India, tetapi kini tersingkir dari
peta perdaban dunia itu sendiri. Begitupun di negeri ini, jumlahnya paling
besar namun sekadar megamarket
produk-produk peradaban dari luar. Sepertinya apa yang mengawali kemunduran umat
ini, jika karena runtuhya kekalifahan saya kira bukan ini penyebab pokoknya. Karena bangsa barat
sekarang menjadi maju tanpa di dukung
kekhalifahan model Islam. Sepertinya ada
peran utama kehidupan umat yang kurang dipertamakan, sehingga
keterpinggiran umat ini terjadi? Disana Ada ladang yang sangat subur
tempat tumbuh kembangnya generasi kebangkitan umat yang tak tergarap sempurna
oleh tangan para dai? Dimanakah letak geografis ladang perjuangan itu?
![]() |
Sumber foto: guidetoicelend.is |
Sebagai analog, jika di perut bumi yang gelap sunyi sudah bisa
diperkirakan oleh seorang ahli di dalamnya terkandung emas, perak, dan sebagainya, hingga lumpur dan gas beracunnya, tapi tatapan utama manusia tetap tertuju pada emas. Realita dunia yang terang benderang sekarang telah seiya sekata, bahwa sisi pendidikan lebih utama dari yang lain. Emas yang pertama dan utama untuk diamankan. Pendidikan adalah ladang
subur itu. Adakah emasnya sekarang dibuang-buang? Ataukah emas yang murni itu
telah disepuh? Disepuh dengan model-model pendidikan sekuler, sehingga emas itu
tak lagi menjadikan mulia orang yang menyandangnya.
Ya Rabbi, pada negeri-Mu air mata kami. Mata-mata kita telah menyaksikan semakin tak
sebandingnya pelopor kebaikan dengan pembuat kerusakan. Pendidikan belum
sepenuhnya menghasilkan manusia yang bisa memisahkan halal dan haram. Seolah
hukum dibuat bukan lagi untuk ditaati tapi untuk dilanggar. Belasan tahun
diajar namun tindakannya masih jauh dari moral nan normal. Pelajar tak lagi
menyesal melakukan tawuran massal, Pornografi dan pornoaksi semakin sering
beraksi di TV. Sepertinya sudah tak ada lagi logika, karena hampir tak ada bedanya orang yang berpendidikan maupun yang
tak sempat menikmatinya. Ada apa dengan
pendidikan kita?
Masihkah salah anggaran? Uang memang pendukung kesuksesan yang baik saat
ini tapi bukan yang utama. Bukankah pemerintah yang dimuliakan umat ini sudah
membelanjakannya dengan taat dan tepat? Sehingga tak lagi seperti orang barat
yang sampai sekarang masih berdebat; apakah memilih menghabiskan 455 juta dollar AS untuk mengirim Neil Amstrong katanya ke
bulan (dan faktanya tidak), atau sebaiknya untuk kesejahteraan manusia di dunia. Ataukah salah
sasaran? Yang menyebabkan Lintang si laskar pelangi hanya bisa menjalani
pendidikan alam? Inikah penyebab seorang guru tak mampu menyekolahkan putranya?
Inilah yang membuat kegelisahan dan banyak pertanyaan. Jika tak segera
selesaiakan, perlu
sama-sama dikhawatirkan akan terjadinya the lost generation. Generasi umat ini akan
hilang tergerus ombak di
lautan.
Tentu, bukan hal ini yang kita inginkan!
Oleh: Ageng Triyono
Editor: Deany Januarta Putra
Belum ada Komentar untuk "Syiar Pembebasan Oleh Guru"
Posting Komentar