Belajar Kepahlawanan dari para Pengajar Muda
Ageng Triyono
- Pemikiran, Pendidikan
haidunia.com - Saya yakin para pembaca telah
mengikuti ceritera inspiratif dari para pengajar muda yang tegabung dalam Indonesia
Mengajar. Kisahnya telah dibukukan, dishare di media online, maupun
chanel-chanel youtube. Namun tetap saja tidak membosankan untuk selalu kita
simak.
Tulisan
yang saya bawakan ini kurang lebih akan mengulas dari sisi kepahlawanan mereka.
Naluri kepahlawan yang mereka miliki, itu yang membuat mereka berani mengambil
tantangan penuh hambatan. Mereka tak sekadar tangguh, tapi ada azam yang kuat
untuk rela berkorban.
Dituliskan
dalam buku, Indonesia Mengajar: Kisah para Pengajar Muda di Pelosok Negeri,
bahwa mereka berangkat dari pusat ibu kota yang penuh kemapanan menuju daerah
terpencil yang tak ada jaminan akses komunikasi dan transportasi akan lancar. Perjalanan
menuju lokasi penempatan juga tidak sebentar. Belasan jam dan harus berganti
armada yang disesuaikan kebutuhan dan kondisi jalan. Belum lagi keberadaan
pesawat lokal yang lebih lebih sering kurang
memadai. Ada pesawat, namun belum tentu dapat tempat duduk dengan jadwal
penerbangan yang juga tak pasti. Ini baru kisah menuju tempat kedatangan
mereka! Mungkin kita yang tidak menjadi bagian darinya sudah mengeluh dan
mememilih berbalik pulang. Tetapi tidak, bagi para pengajar muda!
Belajar Kepahlawanan dari para Pengajar Muda |
Susana malam tempat mereka menginap kadangkala juga mencekam oleh terbatasnya listrik. Mereka benar-benar diuji disana. Akan tetapi inilah yang disebut pengorbanan. Mereka berhak mendapatkan penghormatan karena rela berkorban untuk ikut melunasi janji kemerdekaan: “Mencerdaskan kehidupan bangsa”, begitu kata AniesBaswedan sebagai tokoh penggagas program itu.
Tentunya kita akan banyak mendapatkan cerita heroik. Maka saya sarankan anda untuk membaca bukunya. Yang perlu kita catat adalah para pengajar muda itu berkorban untuk menjadi bagian dari agenda mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentunya, jika idealisme dan keshalihan sosial mereka belum mengakar kuat, maka semangat berkorban atau yang kita sebut sebagai naluri kepahlawanan tidak akan lahir dari diri mereka. Sikap ini adalah ciri pembeda antara orang yang biasa dengan yang orang berusaha menjadi luar biasa.
Sebaliknya
orang-orang biasa akan melihat tantangan sebagai beban berat, baik tantangan yang
berupa material maupun non material. Mereka akan menghindarinya dan dengan
sukarela menerima posisi kehidupan yang tidak terpandang mulia. Juga tidak
pernah berfikir untuk melakukan pekerjaan besar demi perbaikan bangsa. Celakanya di negeri
kita masih cukup mendominasi tipikal manusia ini.
Saya
sarankan, agar kita yang sehari-hari memiliki jabatan profesional sebagai guru
juga belajar nilai kepahlawanan dari para Pengajar Muda. Terlebih anda yang setiap
bulannya mendapatkan gaji dari negara. Amat disayangkan jika ada sosok guru
tanpa idealisme, dan tak memiliki sikap rela berkorban pada hidupnya ditanggung
negara. Lihatlah para Pengajar Muda, tiada fasilitas yang dijamin negara
setelah satu tahun tugasnya, biaya programnya juga didanai swasta yang
jumlahnya tak sebanding dengan keringatnya. Tetapi sekali lagi, mereka rela!
Mestinya
sudah semestinya guru mewakili golongan raushan
fikr dalam masyarakat. Ia intelektual yang tercerahkan dan punya tugas
mencerahkan. Sebutannya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa juga seharusnya menyadarkan
nilai-nilai kepahlawanan yang harus ada pada dirinya. Sehingga siap mengambil
tantangan di setiap medan, dengan lantang berkata: Tantangan ini untukku!
Akulah yang akan berperang dengan kebodohan melawan sumber masalah jaman!
Inilah agenda utamaku!
Jika
hidup adalah perjuangan, maka hari-hari pengabdian hidup seorang guru adalah
perjuangan itu, sehingga manfaat sosialnya lebih besar. Dan kebahagiaan akan
terletak pada selesainya unit-unit amal shalih untuk sebuah misi yang besar bagi bangsanya.
Sebagai guru, nalurinya adalah pengorbanan tanpa pernah berfikir untuk
mengundurkan diri sebelum tugasnya usai. Sehingga kadar manfaatnya benar-benar dirasakan
murid dari keseluruhan performance para
guru. Rasulullah saw berkata,
"Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain."
Sebagaimana para Pengajar Muda tadi,
kehadirannya di tempat pengabdian; mereka bagaikan hadiah dari langit untuk
penduduk .
Wahai Para Pengajar Muda,
Engkau
bagaikan mentari yang menerangi hari,
Bagai
purnama yang menambah indahnya malam
Bagai
bintang yang menyala terang dalam gelapnya peradaban
Engkau adalah
sebagian dari Manusia- manusia terbaik yang dilahirkan sejarah
Oleh: Ageng Triyono
Editor: Deany Januarta Putra
Belum ada Komentar untuk "Belajar Kepahlawanan dari para Pengajar Muda"
Posting Komentar